Cita-Citaku Jadi Guru

Image* Cerita ini saya tulis untuk buku Kaki Mimpi: Kumpulan Cita-Cita Anak Indonesia, sebuah inisiatif ShoeBox Project pada Februari 2012.

 

Ah, rasanya senang sekali kalau di antara kita ada yang bercita-cita menjadi guru. Apakah itu cita-cita kamu?

Ketika kamu berani bilang kamu bercita-cita menjadi guru, kamu sudah menjadi orang hebat. Kamu tahu mengapa? Karena tidak banyak lho yang berani bercita-cita menjadi guru. Dulu aku juga tidak berani pamer kepada teman-teman lain yang kebanyakan bilang cita-citanya adalah dokter, pilot, atau presiden. Aku sempat merasa malu sebab sepertinya pekerjaan guru tidak keren. Ya, dulu waktu sekolah dasar aku berpikir begitu.

Namun, pikiranku berubah setelah memahami pertanyaan Ibu Guru di sekolah. Suatu hari beliau tanya, “Guru itu apa?” Hampir satu kelas menjawab hal yang sama. Guru adalah orang yang mengajarkan banyak ilmu kepada murid. Ibu Guru kemudian melanjutkan, “Murid-murid itu akan jadi apa ketika besar nanti?” Teman-temanku berebut mengangkat jari.

“Jadi dokter!”

“Jadi pilot!”

“Jadi presiden!”

Ibu Guru tersenyum lalu kembali bertanya, “bagaimana cara mereka bisa jadi dokter, pilot, atau presiden?” Seorang temanku menjawab sambil mengkerutkan dahi, “Ya, mereka harus pintar, kan?”

Ibu Guru hanya mengangguk. Beliau kemudian kembali bertanya, “Siapa yang membuat mereka pintar?” Seorang temanku yang lain gesit menjawab, “Guru!”

Tak diduga, Bu Guru menggeleng manis. “Yang membuat mereka pintar adalah diri mereka sendiri.”

Anak-anak terdiam. Mereka merasa ada yang aneh dari jawaban Bu Guru. Aku pun merasa begitu. Kupikir, yang membuatku bisa memasang puzzle saat TK adalah guru. Yang membuatku jadi bisa membaca huruf adalah guru. Yang membuatku bisa menghitung perkalian adalah guru. Yang membuatku paham peta Indonesia dan cara ikan bernapas adalah guru juga.

Tapi tadi Bu Guru bilang, kita sendiri yang bisa mencapai segala pekerjaan hebat itu. Jadi apa itu guru?

“Guru adalah sahabat murid, yang menemani murid mencapai cita-citanya,” ujar Bu Guru seolah tahu apa yang kami pikirkan. Beliau lalu menjelaskan, guru selalu hadir hampir setiap hari untuk belajar bersama kita. Guru juga yang siap bantu menjelaskan segala ilmu saat kita mulai tak paham suatu masalah. Gurulah yang menemani si calon dokter memahami bagaimana cara luka bisa sembuh. Guru juga mendongengkan kisah antariksa pada si calon pilot. Guru pula yang menjelaskan kehebatan Indonesia pada si calon presiden. Guru yang hebat akan mengantar murid-muridnya menjadi pintar. Guru yang cerdas akan menemani muridnya mencapai segala pekerjaan yang hebat.

Saat itu aku langsung berani bilang dalam hatiku, aku ingin menjadi guru! Ah, tapi bagaimana caranya, ya?

Bu Guru bilang, syarat menjadi guru itu satu, kita harus pintar. Sebab gurulah yang akan menemani murid-muridnya menjadi lebih pintar. Aku agak takut, karena aku merasa tidak pintar. Namun, Bu Guru segera melanjutkan, pintar itu bukan hanya ada di otak, tetapi pintar di hati juga. Bu Guru meletakkan tangan di dadanya. Kami menirunya dan memejamkan mata. Menjadi guru adalah sebuah cita-cita yang baik. Guru akan mengantar anak-anak dan remaja menjadi lebih baik. Dengan hati, guru akan menemani mereka mencapai segala prestasi. Lalu, hidup murid-muridnya kelak akan lebih sejahtera. Guru pun akan merasa bahagia.

Jadi, mulai sekarang aku akan makin rajin belajar. Aku akan banyak membaca buku dan koran. Aku akan belajar internet dan banyak bertanya pada orang. Aku mau membuat diriku pintar. Aku ingin sekolah sampai kuliah, agar aku bisa semakin pintar.

Bu Guru bilang, pekerjaan guru adalah pekerjaan mulia dan berharga. Banyak pahlawan Indonesia yang mengabdikan diri dalam dunia pendidikan. Sebut contohnya, Ki Hajar Dewantara atau Dewi Sartika. Kesuksesan mereka adalah berhasil mendirikan sekolah untuk anak-anak. Sementara guru masa kini, mereka juga meraih macam-macam prestasi. Guru juga diberi penghargaan yang besar, gaji yang tinggi, atau bisa jalan-jalan ke luar negeri.

Sejak itu, aku semakin percaya bahwa cita-cita menjadi guru itu sangat keren. Kata Bu Guru, segala jenis guru itu baik, selama kita melakukannya dengan cara yang baik. Wah, aku jadi bingung mau jadi guru apa. Guru taman kanak-kanak, guru agama, guru SD, guru pelajaran, guru bimbingan belajar, atau dosen di kampus ya?

Ah, aku mau jadi guru apa saja. Yang penting, aku sekarang berani bilang dengan lantang, cita-citaku adalah menjadi seorang guru. Apa itu juga cita-citamu? 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.