My IVF Diary (part 5) – Ovum Pick Up

27 November 2019

Bangun tidur aku kehausan. Tapi segera ingat bahwa aku memang diminta berpuasa makan minum sejak semalam karena pagi ini waktunya OPU. Ya, Ovum Pick Up.

Sampai di Morula, aku dan Heru langsung diminta ke ruang persiapan. Heru diminta pakai baju begitu dan copot sepatu, ganti pakai sandal model crocs. Trus dia geli sendiri, walau tetap akhirnya milih warna, maunya crocs biru. 😅

Aku juga tentu, pakai baju standar operasi. Juga sudah mandi bersih tidak pakai kosmetik, parfum, cat kuku, perhiasan, dll. Lalu bengong-bengong nunggu di ruang pre-operation ditemani Heru. Sepi banget di sana, jadi aku iseng komentari apa pun yang kulihat dan Heru mencoba menjawab dengan sok bijak. Kenapa ada keset lengket sih di depan ruang operasi? Oh biar kalo ada jarum atau kapas sisa bisa nempel di situ. Kenapa judul ruangannya Operating Theater ya? Wah, berarti nanti kamu ditonton. 😑

Jam 9 akhirnya aku dipanggil masuk ruang operasi. Heru diminta nunggu di luar, eh, diminta ke ruang Men’s room untuk melakukan tugasnya menyiapkan benih-benih cinta (you know what I mean). Sementara aku langsung ditata oleh dua suster Morula kayak ayam potong yang dijual di pasar. Mengangkang lebar. Dokter Wisnu, Suster Siska dan Suster Lulu sudah siap. Suster anestesi lalu memasang alat-alat yang ditempel di jari dan lenganku, selang oksigen di hidungku, pokoknya aku sudah rapi. Lalu nunggu, nunggu, sampai kedinginan karena suhu ruangan kayaknya sengaja dipasang dingin. Ternyata dokter biusnya telat.

Sambil mengisi waktu, dokter Wisnu ngajak ngobrol, nanya aku kerja di mana. Rasanya aneh sih, aku udah ngangkang dan bugil, tapi diajak ngobrol kerjaan, yaa meskipun aku paham tujuannya. Dia juga kemudian pasang lagu. 🎶 Heart beats fast, colors and promises, how to be brave, how can I love when I’m afraid to fall, one step closer, I have died everyday waiting for you… Sumpah, lagunya salah banget. 😅

Seingatku terakhir kulihat jam 09.40. Lalu blep… aku tidak ingat apa-apa, sampai kemudian aku bangun kira-kira jam 12. Suster datang mengecek apakah aku pusing atau mual. Kujawab dengan menggeleng dan bilang, “Lapar.” Suster Siska tersenyum lalu mempersilakan makan siang yang sudah disediakan Morula.

Satu jam kemudian aku baru beranjak dari tempat tidur, karena kepingin pipis. Waktu pipis, ada sisa darah keluar. Buru-buru aku laporkan ke suster, tapi katanya itu wajar. “Tadi sebelum selesai, kami sudah memastikan tidak ada pendarahan dalam,” ujarnya. Jadi berdarahnya itu normal aja. Makanya kemudian juga aku diresepkan obat hormon dan antibiotik untuk diminum beberapa hari ke depan. Lemas, tapi senang juga karena tahap ini akhirnya selesai.

Informasi tambahan untuk referensi

Ibu bapak yang perlu referensi, kemarin aku dan suami ambil paket IVF, detailnya bisa dibaca pada posting part 4. Jadi pada hari OPU ini kami tidak lagi repot dengan biaya besarnya. Kami hanya menebus obat pendukung dan antibiotik sekitar Rp.900.000.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.