Meramu Novel Jadi Berita

Seorang rekan guru bahasa Indonesia di sekolah saya kemarin membuat sebuah penilaian pemahaman sastra yang inovatif. Ia membuat ramuan KTSP dan novel kelas yang tersaji dengan menarik. Rencana Intan, nama guru tersebut, telah kami coba di kelas 11 dan menurut saya, hasilnya begitu menyenangkan untuk dibaca.

Sekolah kami menggunakan novel Arok Dedes sebagai bahan bacaan sastra. Jika dilihat pada KTSP kelas XI, terdapat kompetensi menulis berupa “mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman/ringkasan; menulis ringkasan isi buku”. Membuat ringkasan cerita saja sebetulnya bisa sangat mudah dilakukan setelah murid membaca. Mereka bisa menceritakan ulang dengan bahasa sederhana. Sayangnya, itu sama sekali tidak menantang untuk murid SMA. Lagipula rangkuman isi novel bisa dengan mudah didapatkan di internet. Dari pemikiran itulah Intan menawarkan model penilaian lain.

Murid diajak membuat berita berdasarkan novel yang mereka baca. Tentu saja tantangannya menjadi lebih sulit. Berita itu biasanya aktual, sementara cerita dalam novel Arok Dedes terjadi di masa lampau. Selain itu, siswa jadi harus benar-benar membaca sebelum bisa menemukan unsur 5W 1H pembentuk berita. Tentu saja tidak semua isi novel yang digunakan sebagai sumber berita. Murid dipersilakan memilih bagian yang mereka mau dari bab-bab novel itu. Guru kemudian mengajak siswa mempersiapkan kerangka penulisan. Ajak pula mereka membayangkan bahwa kisah fiksi dalam novel ini benar-benar terjadi serupa fakta.

Kesulitan hanya terjadi pada murid yang enggan membaca, itu saja. Selebihnya, murid-murid pasti bisa mengerjakannya. Guru bisa menilai dua kemampuan dari kegiatan ini: membaca dan menulis. Saya yakin semua sekolah dengan beragam kurikulum bisa menggunakan ini, selama disesuaikan dengan metode belajar murid di kelas. Berikut ini adalah salah satu contoh karya murid yang begitu apik. Saya senang membacanya. Anda jugakah? 🙂

Kelud Meletus, Tewaskan Warga dan Kuburkan Kediri

KEDIRI (18/9) Amarah Bathari Durga kembali meledak. Lagi-lagi ulah ksatria yang berkhianat kepada para dewa. Kemarin pagi, terjadilah letusan besar dari puncak Sang Kelud yang menutupi seluruh Kediri dengan kegelapan abunya yang tebal dan hitam. Beberapa saksi mata melaporkan bahwa sejumlah tiang api menyembur dari beberapa titik di kawasan pegunungan. Gempa yang besar pun dirasakan oleh rakyat yang ada di kota.

Berdasarkan laporan dari sang Paramesywari, Dedes, yaitu istri Sang Akuwu Tumapel, dikabarkan bahwa Sang Akuwu Tumapel telah menghilang ditelan tanah dalam hujan abu tersebut. Saat ini para pengawal istana masih belum dapat memastikan hilangnya sang akuwu dikarenakan kondisi pasca letusan yang masih berbahaya.

Dedes, yang tak lama lalu baru menikah dengan Sang Akuwu menyatakan bahwa semua ini bermula dari dipindahkannya Patung Bathari Durga kepada Bilik Agung. Maka marahlah Sang Bathari Durga karena Tunggul Ametung dan satrianya telah meninggikan para leluhurnya di atas segalanya.

Saat ini proses evakuasi di kawasan Selatan Kediri telah dimulai, dengan ratusan rakyat yang masih terkubur di bawah abu, baik hidup maupun mati. Keberadaan sang akuwu hingga kini masih dicari, dan para brahmana memastikan bahwa akibat peristiwa ini matahari tak akan muncul hingga tiga hari ke depan. Diharapkan bahwa Sang Akuwu akan selamat.

Ki Jagat Pramoeditya, Harian Kediri

Dave Gregory, Ki Jagat Pramoeditya