Lulus UN Tidak Bikin Bangga

Sebetulnya saya ingin sekali mengatakan kepada anak-anak sekolah bahwa tak perlu terlalu bangga jika bisa lulus Ujian Nasional. Pula sebaliknya, tak perlu bersedih amat kalau tak lulus Ujian Nasional. Kenapa begitu? Karena apa yang diujikan di Ujian Nasional model Indonesia punya sekarang ini hanyalah ujian tes hapalan semata. Sama sekali tidak menguji nalar berpikir anak. Maka, tak perlu bangga kalau bisa lulus dari sekadar tes pengetahuan begitu.

Sayangnya, saya tak mudah mengatakan itu kepada anak-anak sekolah. Bahkan juga kepada orang tua dan guru. Mereka semua dikaburkan pemahamannya tentang fungsi UN yang semestinya. Katanya, UN adalah syarat kelulusan. Seolah dipatrikan, tak lulus Ujian Nasional sama saja tak pantas lulus belajar selama enam atau tiga tahun sekolah. Ini jelas tak masuk logika dasar. bagaimana mungkin menilai kelulusan anak sekolah di Indonesia yang begini luasnya dengan soal ujian yang sama. Anak ibukota yang bersekolah dengan fasilitas belajar memadai dan bonus ikut bimbingan belajar tambahan, semestinya tak perlu bangga jika lulus UN. Apalagi bila dibandingkan dengan anak pulau terdepan Indonesia yang belajar dengan satu guru berantai untuk banyak kelas, yang tak pernah kenal laboratorium atau buku bersampul bagus.

Sebuah standardisasi ujian jelas tidak bisa diterapkan untuk Indonesia yang teramat kompleks kondisi sosialnya. Ujian Nasional bisa dilakukan, tetapi bukan dengan model seperti sekarang ini. Bukan pula dijadikan sebagai ujian kelulusan belajar. UN masih bisa diterima hanya sebagai pemetaan kualitas pendidikan. Jadi masyarakat bisa tahu, apa yang harus dibangun lagi dari pendidikan di setiap daerah. Nah, sekarang cobalah masyarakat menilai, apakah pemerintah selama ini sudah pernah mengeluarkan evaluasi hasil UN?

Kasihan sebetulnya anak sekolah sekarang. Ujian Nasional yang harus mereka lakukan tidak akan membuat mereka sejajar dengan anak lain di dunia. Pendidikan mereka harus diselamatkan dari rendahnya nalar. Pemerintah dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terlihat main-main dengan proyek UN ini. Soal-soal tak mutu uji, bocoran di mana-mana, penggelembungan dana, bahkan waktu ujian yang tak serempak secara nasional. Ini semua mesti dibenahi. Salah satu caranya, coba ikut dukung petisi reposisi Ujian Nasional di sini:

http://www.change.org/id/petisi/kemdikbud-lakukan-reposisi-terhadap-ujian-nasional.

Bukan mimpi yang sulit untuk menciptakan generasi muda yang membanggakan prestasinya di dunia. Satu caranya, dengan menciptakan model ujian yang kualitasnya bisa bikin bangga.

An education isn’t how much you have committed to memory, or even how much you know. Its being able to differentiate between what you know and what you don’t.

Anatole France (French poet, journalist, novelist)

Tulisan ini dimuat di zine Slavemade #1. Pesan, hubungi: slavemd@gmail.com

Image

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.