Belajar Tsunami di Inamura-no-Hi no Yakata

Sedih banget waktu dengar kabar ada tsunami di Palu. Iya, seperti yang sudah kutulis di postingan sebelumnya, beberapa bulan lalu aku main ke Jepang dan belajar tentang tsunami di sana. Makanya jadi sedih banget pas dengar ada tsunami lagi di Indonesia.  🙁

Di Jepang kemarin, aku beruntung bisa berkunjung ke Inamura-no-Hi no Yakata Hamaguchi Goryo Archives and Tsunami Educational Center di Hirokawa, Wakayama. Siapa itu Goryo? Dia adalah seorang lelaki yang kisahnya menginspirasi United Nations untuk menjadikan tanggal 5 Nov sebagai Tsunami Awareness Day.

Hamaguchi Goryo dan Kisah Inamura-no-Hi

Alkisah pada tahun 1854, Jepang (Kota Hiromura) dilanda gempa besar yang dikenal dengan nama gempa Ansei Nankai. Gempa itu memicu tsunami. Hamaguchi Goryo ini menyerukan warga untuk menyelamatkan diri ke tanah yang lebih tinggi.

Namun, masih banyak warga yang belum juga tiba di lokasi aman. Maka Goryo berinisiatif membakar inamura (daun padi/jerami) agar jadi petunjuk bagi para korban menuju lokasi aman. Inamura ini berhasil menyelamatkan nyawa orang-orang dari bencana tsunami itu.

Di kemudian hari, Goryo melontarkan ide untuk membangun tembok laut di desanya. Panjangnya 600 meter, lebarnya 20 meter, dan tingginya 5 meter. Semua warga desa bahu-membahu membangun tembok pengaman tsunami itu. Dengan dana pribadinya, Goryo membiayai pembangunan tembok laut itu. Sejak saat itu, tembok laut itu telah meminimalisasi dampak tsunami yang menyerang kota.

Kisah Goryo ini memberi kita pelajaran tentang kesiagaan menghadapi bencana. Kisah ini juga disebarkan di buku pelajaran anak SD Jepang di masa dulu.

Di Museum itu aku dapat beberapa pelajaran. Misalnya:

– ortu dan anak haruslah bersama-sama menyiapkan survival kit. Bentuknya tas yang gampang diambil kilat saat gempa terasa di rumah. Menyiapkan bersama ini penting banget karena semua anggota keluarga sadar apa yang harus dipersiapkan saat bencana terjadi.

– ortu dan anak sama-sama berjanji untuk menyelamatkan diri sendiri langsung di mana pun sedang berada. Jangan tunggu-tungguan. Langsung ke muster point atau titik aman. Ini penting untuk mengurangi jumlah korban jiwa akibat terlalu lama saling mencari hingga kurang waktu untuk menyelamatkan diri sendiri.

– edukasi siaga bencana itu dilakukan sejak dini. Anak-anak TK udah sering dilatih drill gempa. Dan terus dilakukan saat SD SMP SMA. Anak jadi terbiasa dan tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan ada juga drill yang dilakukan lingkungan, kayak per RT gitu. Bagus banget deh, semoga Indonesia bisa coba juga ya mulai latihan evakuasi serius per lingkungan macam itu.

Beberapa foto informasi tentang museum tsunami itu bisa dilihat di bawah ini ya.

I love this idea. Make an icon, a hero, so kids would love to learn more about the topic.
They have this audio visual room. We use 3d glasses to watch two short film about tsunami.

Silakan juga tengok website mereka di: Tsunami Educational Center.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.