Menulis Berita Berdasarkan Novel

Tahun ajaran 2017-2018 ini saya kembali mengajar siswa kelas 11. Saya senang, karena saya memang suka materi-materi di level ini. Salah satunya yaitu berita. Dalam kurikulum KTSP disebutkan siswa kelas 11 diharapkan menguasai cara menyampaikan informasi berita. Mereka akan diajak membuat naskah berita, dan juga praktik membacakan berita. Nah, sebelum mereka membacakan berita, tentu siswa harus memahami dulu seperti apakah naskah berita, dan bagaimana cara menulis naskah berita. Sekolah yang menggunakan novel sebagai bahan pembelajaran sastra bisa juga menggapai materi ini sekaligus. Berikut saya jabarkan tahapan-tahapan membuat assessment berita menggunakan novel.

  1. Membaca bagian novel yang mengandung informasi sejarah. Saya dan siswa kelas 11 tahun ini sedang membaca novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya. Kami membaca bagian Buah Gugur dan mencari peristiwa sejarah di sana. Ditemukanlah informasi tentang KNIL yang dibubarkan oleh Jepang akibat kekalahan Belanda.
  2. Menemukan unsur 5W1H. Kami kemudian mencari unsur 5W dan 1H dari bagian novel itu. Unsur ini disusun menjadi kerangka tulisan. Paragraf 1 atau Kepala Berita adalah What-Where-When-Who-Why, paragraf 2 atau Badan Berita adalah How, dan paragraf 3 adalah Ekor Berita.
  3. Menyusun naskah yang aktual. Saya minta siswa membayangkan bahwa mereka benar-benar menjadi wartawan di masa Jepang itu. Mereka sungguh-sungguh mengalami peristiwa agar syarat AKTUAL dapat terjadi. Ini penting dilakukan saat menyusun naskah.
  4. Merangkai kalimat. Gunakan konjungsi dan gaya bahasa ala surat kabar. Boleh juga ditambahkan kalimat langsung seolah-olah tokoh dalam novel benar-benar diwawancarai oleh siswa.

Nah, ini salah satu pekerjaan murid yang bagus betul hasilnya. 🙂

Belanda Berlutut, Dai Nippon Ambil Alih

(Jumat, 20 Maret 1942)  Dini hari, pukul 06.00 pagi, radio Jepang “Cahaya Asia” Cabang Surakarta mengumumkan pengambilalihan properti-properti Konin Klijk Nederlands Indisch Leger yang berupa aset militer serta kepemilikan pribadi tentara-tentara KNIL.

Rumah-rumah perwira KNIL telah diklaim sebagai jarahan perang dan kemudian ditempati oleh perwira-perwira Jepang. “Saya bersama keluarga saya diusir dari Tangsi Militer Magelang,” ungkap Brajabasuki, seorang mantan perwira KNIL yang dulunya berpangkat kapten. “Sekarang saya tinggal di sebuah rumah kecil di Kampung Patrabangsan.”

Sejak berdirinya pemerintah militer Jepang di Hindia Timur, Tangsi Militer Magelang telah dijadikan markas operasi polisi militer Jepang. Pengambilalihan Hindia Timur oleh Jepang telah memperkuat posisinya di Pasifik Selatan. Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengeluarkan pernyataan: Matahari telah terbit dari Timur.

  • Fayes Gatri (11G, Agustus 2017)

Meramu Novel Jadi Berita

Seorang rekan guru bahasa Indonesia di sekolah saya kemarin membuat sebuah penilaian pemahaman sastra yang inovatif. Ia membuat ramuan KTSP dan novel kelas yang tersaji dengan menarik. Rencana Intan, nama guru tersebut, telah kami coba di kelas 11 dan menurut saya, hasilnya begitu menyenangkan untuk dibaca.

Sekolah kami menggunakan novel Arok Dedes sebagai bahan bacaan sastra. Jika dilihat pada KTSP kelas XI, terdapat kompetensi menulis berupa “mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman/ringkasan; menulis ringkasan isi buku”. Membuat ringkasan cerita saja sebetulnya bisa sangat mudah dilakukan setelah murid membaca. Mereka bisa menceritakan ulang dengan bahasa sederhana. Sayangnya, itu sama sekali tidak menantang untuk murid SMA. Lagipula rangkuman isi novel bisa dengan mudah didapatkan di internet. Dari pemikiran itulah Intan menawarkan model penilaian lain.

Murid diajak membuat berita berdasarkan novel yang mereka baca. Tentu saja tantangannya menjadi lebih sulit. Berita itu biasanya aktual, sementara cerita dalam novel Arok Dedes terjadi di masa lampau. Selain itu, siswa jadi harus benar-benar membaca sebelum bisa menemukan unsur 5W 1H pembentuk berita. Tentu saja tidak semua isi novel yang digunakan sebagai sumber berita. Murid dipersilakan memilih bagian yang mereka mau dari bab-bab novel itu. Guru kemudian mengajak siswa mempersiapkan kerangka penulisan. Ajak pula mereka membayangkan bahwa kisah fiksi dalam novel ini benar-benar terjadi serupa fakta.

Kesulitan hanya terjadi pada murid yang enggan membaca, itu saja. Selebihnya, murid-murid pasti bisa mengerjakannya. Guru bisa menilai dua kemampuan dari kegiatan ini: membaca dan menulis. Saya yakin semua sekolah dengan beragam kurikulum bisa menggunakan ini, selama disesuaikan dengan metode belajar murid di kelas. Berikut ini adalah salah satu contoh karya murid yang begitu apik. Saya senang membacanya. Anda jugakah? 🙂

Kelud Meletus, Tewaskan Warga dan Kuburkan Kediri

KEDIRI (18/9) Amarah Bathari Durga kembali meledak. Lagi-lagi ulah ksatria yang berkhianat kepada para dewa. Kemarin pagi, terjadilah letusan besar dari puncak Sang Kelud yang menutupi seluruh Kediri dengan kegelapan abunya yang tebal dan hitam. Beberapa saksi mata melaporkan bahwa sejumlah tiang api menyembur dari beberapa titik di kawasan pegunungan. Gempa yang besar pun dirasakan oleh rakyat yang ada di kota.

Berdasarkan laporan dari sang Paramesywari, Dedes, yaitu istri Sang Akuwu Tumapel, dikabarkan bahwa Sang Akuwu Tumapel telah menghilang ditelan tanah dalam hujan abu tersebut. Saat ini para pengawal istana masih belum dapat memastikan hilangnya sang akuwu dikarenakan kondisi pasca letusan yang masih berbahaya.

Dedes, yang tak lama lalu baru menikah dengan Sang Akuwu menyatakan bahwa semua ini bermula dari dipindahkannya Patung Bathari Durga kepada Bilik Agung. Maka marahlah Sang Bathari Durga karena Tunggul Ametung dan satrianya telah meninggikan para leluhurnya di atas segalanya.

Saat ini proses evakuasi di kawasan Selatan Kediri telah dimulai, dengan ratusan rakyat yang masih terkubur di bawah abu, baik hidup maupun mati. Keberadaan sang akuwu hingga kini masih dicari, dan para brahmana memastikan bahwa akibat peristiwa ini matahari tak akan muncul hingga tiga hari ke depan. Diharapkan bahwa Sang Akuwu akan selamat.

Ki Jagat Pramoeditya, Harian Kediri

Dave Gregory, Ki Jagat Pramoeditya