Aku lanjut ya cerita di hari kedua, Jumat 23 Maret 2018. Cerita hari pertama bisa kamu baca di sini.
Gedung Agung dan Benteng Vredeburg
Tahun lalu pas survei, aku cuma bisa berfoto di depan gerbang luar. Akhirnya kesampaian juga foto di halaman istana presiden Yogya alias Gedung Agung ini. Di pos pengamanan, kami diminta menitipkan tas. Ponsel dan kamera boleh dibawa, tapi hanya bisa dipakai memfoto area luar istana. Oya, harus berpakaian sopan atau formal ya.
Kami dipandu oleh petugas berpakaian batik. Dia menunjukkan ruangan mana yang dipakai Panglima Soedirman menghadap Soekarno, saat minta izin pergi gerilya. Dulu gedung ini adalah tempat tinggal Soekarno. Merinding rasanya membayangkan waktu Agresi Belanda 1948 Teto dan pasukannya datang dan menangkap Soekarno Hatta di situ.
Kami lalu diajak melintasi ruangan yang dipakai presiden bekerja. Pintunya disegel lambang “secure”, tanda bahwa ruangan itu telah diamankan. Kami lihat juga ruang makan presiden dan tamu negara, sambil bayangkan Pak Jokowi pesan oseng-oseng mercon. :))
Di Museum Istana Yogyakarta, kami lihat lukisan koleksi presiden yang harganya miliaran. Persis di tangga menuju lantai dua ada lukisan Nyai Roro Kidul karya Basuki Abdullah yang kayaknya ngeliatin kita gitu. Huhuu. Ada banyak juga karya pelukis Raden Saleh, Dullah, Affandi, Sudjojono, dll.
Dari Gedung Agung kami ke Benteng Vredeburg, lihat-lihat diorama situasi Agresi Militer 2. Pokoknya aku cari-carilah semua yang ada hubungannya dengan Teto dan Atik. Nggak lama kami di situ, karena harus makan siang dan menuju…
Akademi Angkatan Udara
Cuss kami ke lokasi Teto mendarat dengan Dakota saat menyerang Jogja. Lapangan Meguwo. Sekarang ada Akademi Angkatan Udara di sana.
Aku nggak menduga ternyata kami diterima dengan formal oleh pihak AAU. Dan… ada taruna taruni juga. Langsunglah murid-murid diajak ngobrol taruni dan taruna, sementara menunggu rombongan sekolah dari Jambi yang juga akan datang.
Rupanya kunjungan sekolah dari Jambi itu adalah university trip. Makanya kakak taruna taruni menjelaskan tentang cara masuk AAU dan kehidupan kampus. Beda dong ya dengan tujuan wisata napas tilas sastra kami. Maka aku nekatlah bertanya kayak di foto ini. Maunya sih nanya “Kak Taruna boleh pacaran nggak?” atau “Itu kakak ngegym apa bisa perutnya singset dan pantatnya bulet?”. Tapi ya karena acaranya formal makanya aku nanya “Bisa diceritakan nggak kisah Lapangan Meguwo ini waktu Agresi Militer Belanda? Atau adakah materi pelajaran sejarah AU terkait ini?” Sayangnya… pak komandan langsung ambil alih, taruna taruni lagi persiapkan jawaban padahal. Baiklah.
Eh tak kuduga tak kusangka. Rupanya ada dua kakak taruna yang antarkan kami pulang sampai gerbang depan. Mereka naik ke bus kami, sambil memandu lihat-lihat kompleks. Sekalianlah aku tanya-tanya: Posisi AU Indonesia dibanding luar negeri gimana? Taruna boleh makan indomie nggak? Maksudnya 3M (Militer, Mahasiswa, Model) itu apa? Kalau lagi pelesir main ke mal juga? Karena kakaknya ganteng makanya muridku (ciwiciwi) anteng dan nyimak. Heuu. Di ujung gerbang, mereka menutup sambil kasih tau… akun Instagram mereka. Yeah, kami pun follow berjamaah. 😁
Hari berikutnya aku disiram berkah di Sekolah Mangunan. Ceritanya menyusul di part 3 yaa!