Belajar di Wakayama Jepang

Ini tulisan khusus buat yang nanya kenapa aku kemarin ke Jepang. Iya, ke Jepang kemarin dalam rangka kerja. Aku bertugas menemani murid yang jadi perwakilan Indonesia dalam Asian and Oceanian High School Students’ Forum 2018. Acaranya tanggal 24-28 Juli. Tapi aku di Jepang dari 23-30 Juli, karena ada bonus jalan-jalan di Wakayama, tempat forum ini berlangsung.

Enak ya kerja sambil main? Iya, alhamdulillah banget aku dapat kesempatan ini. Bisa kenalan dengan negeri matahari terbit dan guru-guru dari 20 negara peserta, belajar banyak budaya baru, juga berkunjung ke situs andalan daerah Wakayama. Dan semuanya dibiayai oleh pemerintah Jepang! Big thanks to the organizers: Wakayama Prefectural Government, Wakayama Prefectural Board of Education, Organizing Committee of the forum, and ERIA (Economic Research Institute for ASEAN and East Asia).

Discussion and Cooperation with the World

Acara ini pada dasarnya mengajak murid-murid untuk berdiskusi. Meskipun kadang diskusi agak tersendat karena kendala bahasa (ada beberapa yang tidak menguasai bahasa Inggris, baik murid ataupun guru), acara ini menurutku tetap sukses membuat murid-murid usia 15-18 tahun ini bisa saling berbagi ide.

Ada empat tema diskusi yang dibahas di forum ini, yaitu: measures against tsunami and other disasters, environmental issues, tourism and culture, and education. Indonesia yang diwakili oleh murid Binus School Serpong, Kayla Anasya Afriandy, kebagian membahas tsunami. Jadi Kayla bergabung bersama murid dari negara-negara lain membahas topik itu dalam sectional meeting dan general meeting. Ohya, di awal saat opening ceremony, Kayla juga presentasi tentang budaya Indonesia.

Menarik banget deh dengar presentasi perkenalan budaya dari tiap negara. Materinya sebetulnya banyak yang sudah aku tahu karena mudah ditemukan di google, tapi tetap menarik karena dibawakan oleh anak murid dari negara masing-masing itu, dengan bahasa Inggris campur logat khas dan seragam sekolahnya yang bermacam-macam. Nih kusebutkan semua ya berdasarkan abjad. Australia, Brunei Darussalam, Cambodia, China, Hong Kong, India, Indonesia, Republik of Korea, Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, New Zealand, Philippines, Singapore, Taiwan, Thailand, Turkey, Vietnam. Juga ada murid-murid dari enam prefecture di Jepang: Miyagi, Kanagawa, Aichi, Osaka, Nagasaki, Wakayama.

Di bagian sectional meeting, setiap murid mempresentasikan hasil riset mereka. Ada moderator siswa dan moderator guru (keduanya dari Jepang) dan setiap peserta lain dalam grup itu boleh bertanya. Penonton (guru dan murid-murid undangan dari SMA sekitar) juga dipersilakan bertanya, walau ternyata lebih banyak yang diam saja. Sekali lagi, kendala bahasa.

Dari sectional meeting per grup discussion itu, mereka berdiskusi lagi membahas pertanyaan yang diajukan moderator. Misalnya, grup Tsunami A berdiskusi tentang “apa yang bisa dilakukan kita semua sebagai komunitas untuk mengatasi bencana alam?”

Hasil diskusi ini kemudian dibawa ke General Meeting yang diadakan di Cultural Hall Wakayama City. Siswa per grup duduk di panggung dan menyampaikan ide-idenya. Siswa dari kelompok lain menyimak dan boleh juga bertanya atau berkomentar. Diskusi ini juga disimak oleh peserta satu hall, siswa dan guru SMA Jepang dan bapak ibu undangan. Ada juga konsulat Indonesia yang hadir, dan sempat ngobrol dan berfoto bareng juga.

Acara ditutup dengan Reception bersama governor Wakayama. Semua sibuk ngobrol dan makan-makan, tapi aku sibuk dandanin Kayla karena Indonesia jadi salah satu performer di stage resepsi. Ada anak Myanmar nyanyi, ada anak Filipina dan Mongolia main musik. Sementara Kayla nari Yamko Rambe Yamko Papua. Wooo… langsung dong dia jadi artis. Kuturut bangga sebagai guru yang ngajarin narinya. 😁

Homestay with Japanese Family

Dari pengakuan Kayla dan juga suasana yang aku rasakan, acara ini sukses menyatukan para peserta murid. Anak-anak dari berbagai negara ini langsung kelihatan akrab. Mungkin memang batch 2018 ini kebetulan anak-anaknya klik banget, kenalan trus bisa langsung hangout bareng ketawa ketiwi sampai dini hari. Jangankan mereka ya, aku aja udah langsung friend dengan beberapa murid Jepang di Instagram!

Highlight yang aku salut banget dari forum ini adalah kegiatan homestay. Jadi, murid dari 20 negara ini menginap satu hari di rumah murid Jepang. Pagi hari orangtua murid Jepang itu menjemput di hotel, lalu murid asingnya diajak jalan-jalan ke Donki atau Aeon Mall, lalu makan dan tidur di rumah mereka. Kayla muridku diajak masak barbekyu dan main kembang api oleh anak Jepang host family-nya. Besoknya pas perpisahan, Kayla dibekali banyak banget oleh-oleh dan jajanan Jepang. Ibu host family sampai nangis pas berpisah. Aku yang kebagian ceritanya aja ikut senang lho dengan part ini. Keren!

Sementara itu, guru-guru juga dapat waktu jalan-jalan. Kuceritakan di post berikutnya aja deh yaa! 😁