MobTech untuk Pendidikan

Dari #twitedu bersama @bincangedukasi, Selasa 17 Januari 2012

Pemanfaatan Mobile Technology untuk Pendidikan
@bincangedukasi: Tweeps, pk 19.30 kt mulai #twitedu ttg pemanfaatan mobile technology utk pendidikan yaa. Sudah siap kan?

Lihat saja apa yang selalu murid-murid pegang di kota-kota Indonesia sekarang? Sebuah ponsel pintar. Alat main, juga belajar. Anak remaja sebagian besar sudah dibekali hape. Mereka biasa main Bebe bahkan Ipad di sekolah. Ini media belajar juga. Ada beberapa sekolah yang punya kebijakan terbuka tentang penggunaan ponsel pintar di kelas. Murid bisa browsing data tugas via Bebe/Ipad. Murid bisa pakai Hp/Bb/Ipad tentu dengan pengawasan guru. Yaa, supaya ketika diminta cari data, gak lalu malah main games. Ini tantangan super buat guru, gimana cara mereka mengajak murid SMP/SMA memanfaatkan mobile tech dengan maksimal untuk belajar. Saya sering gunakan BBM untuk ingatkan murid kumpulkan tugas. Efektif sekali. Murid dan guru bisa berinteraksi tanpa batas waktu. Di awal tahun ajaran, murid dan guru sekelas bisa buat Blackberry group atau Jarkom SMS untuk memudahkan sebar info belajar.

@kreshna: Adakah etika/etiket yang mengatur tentang komunikasi guru/murid di media online & di luar jam sekolah?
Di awal tahun ajaran, guru berkenalan dengan ortu murid. Di situlah waktunya kasih kebijakan bersama. Jam berapa guru bisa dihubungi. Ada kebijakan sekolah yang ikut mengatur jam komunikasi guru dan ortu. Misalnya, ortu hanya boleh telepon/SMS selama jam sekolah. Ada juga guru yang perbolehkan ortu SMS bebas waktu, tapi jangan telepon. Ortu dan guru harus paham waktu privasi masing-masing. Nah, begitu juga dengan murid-murid SMP/SMA. Beri kebijakan bersama di awal tahun. Ini no hape saya. Silakan telepon/teks saya di jam sekian.

@kreshna: Atau mungkin batasan profesionalitas hubungan guru dan murid. Adakah yg terkait dgn media & waktunya? Profesionalitas guru dan murid tergantung media dan waktu? Hmm, ini bergantung pada kebijakan diri sendiri dan sekolah. Ada sekolah yang punya aturan agar guru dan murid hanya berhubungan pada jam sekolah. Di luar jam, hanya boleh tanya tugas. Banyak pula sekolah yang persilakan guru tanggung jawab sendiri tentang hubungan profesionalnya dengan murid. Saya suka yang ini. Bagi saya, guru itu pekerjaan belajar yang tidak berbatas waktu. Makanya saya berusaha untuk bebaskan anak tanya di jam luar sekolah. Tentu saja dengan etika yang wajar. Anak sopan akan tanya dulu bolehkan dia menelepon gurunya waktu malam untuk tanya PR. Saya pernah di-Ping BBM berkali-kali. Jika terasa mengganggu, bicarakan saja dengan muridnya. Buat aturan bersama. Twitter! Wah, ini media yang sering saya pakai untuk bicara/tegur sapa dengan murid. Waktunya tak berbatas. Yang penting jaga etika.

@bincangedukasi: Kebanyakan guru belum manfaatkan mobile tech dalam pendidikan ya rasanya? Bagaimana cara meyakinkan mereka tentang manfaatnya?
Berbagilah ilmu dengan guru lain di kantor. Atau saat rapat, bagi cerita bahwa mobtech ini berguna juga kok untuk pendidikan. Jangan paksakan juga guru yang belum biasa dengan alat tekno untuk langsung bermain dengan tekno. Dia harus kenal benda tekno dulu. Murid juga perlu maklum. Ada guru yg tidak bisa buka email tugas murid di hapenya. Atau yang lama mengetik SMS. Kemudahan dan kesulitan penggunaan mobtech harus dibahas bersama di kelas. Diskusi aja, gimana guru-murid bisa manfaatkan itu bersama.

@bincangedukasi: Konten pendidikan apa saja yang bisa dibagi melalui mobile devices? Mungkinkan pengajaran juga dilakukan dengan mobile devices?
Konten pelajaran bisa juga kok dibagi lewat mobile tech. Broadcast message BBM bisa untuk sebarkan bahan ajar loh. Semacam kejutan: Kirim broadcast sebuah rumus fisika. Minta murid cari di buku. Jadi penyulut belajar besok di kelas. Saya pernah review materi ujian di twitter. Beri hashtag dan mereka bisa pantau. Bisa tanya jawab juga. Ngobrol pelajaran via BBM juga saya sering. Lokasi tak berbatas, yang penting klop aja waktu guru dan muridnya.

@ratnakristanti: Kalau tentang konten twitternya gimana, Mbak? Kan kadang mbak tidak hanya ngobrol dengan murid. Atau ada aturan juga pas ngobrol dengan murid?
Kalau tentang konten twitter, ini bisa jadi topik #twitedu berikutnya ya. Ini berkaitan dengan #PersonalBranding. Yang pasti untuk bahas materi pelajaran, saya bisa pakai twitter. Murid bisa cari kapan saja di mana saja selama ada tagar topiknya.

@Lutfi_333: Pertanyaan yang sering dihadapi guru yang ingin gunakan mobile tech adalah soal kesetaraan: tidak semua murid pake mobile/smartphone. Solusinya?
Untuk kegiatan kelas, buat tugas dalam kelompok. Satu punya smartphone bertugas cari data, yang lain mencatat. Bisa kok! Tugas rumah, murid bisa pakai PC di rumah atau warnet. Semua bisa asal ada niat belajar teknologi.

@Lutfi_333: Yang menjadi permasalahan nggak semua siswa punya akun twitter/Fb. Nah cara mengatasinya bagaimana??
Ya, ketika guru ingin beri materi tambahan di twitter, diharapkan semua murid sudah punya akun. Tapi ingat, pembelajaran di twitter itu sifatnya tambahan. Maka bukan kewajiban murid untuk harus ikut serta di sana.

@kurniasepta: Ini @bincangedukasi topik2nya #twitedu terlalu di atas angin, kurang menyentuh akar rumput. Ah, Indonesia.
@gurubimbel: Bahasan#twitedu tentang mobile technology memang hanya cocok untuk sekolah kalangan menengah ke atas.
Jangan terjebak bahwa mobile techno itu hanya sebatas gadget mahal. Hape murah pun itu mobtech. Remaja akar rumput juga pakai itu. Hape murah dengan fasilitas Fb bisa dipakai untuk media belajar juga. Untuk komunikasi, bisa pakai jarkom SMS. Menurut @Amung_Palupi Radio, TV, Toa, Surat Post, Layar tancep, Motor, bahkan person untuk konseling itu adalah Mobile Tech juga. Menurutnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan: @Amung_Palupi: yang pernah dilakuin sih, 1. Meminta teman untuk mengirimkan bahan ajar ke desa lewat post memprosesinya seperti MLM. 2. Dengan bahan dari teman yang kemungkinan sedikit maka gunakanlah VOV dari toa mushola. Sementara menurut @ayu_kartikadewi: mobile devices bisa jadi alat yang menarik untuk mengenalkan huruf.

@gurubimbel: Ibu, di Banten masih banyak kan yang ke sekolah tanpa alas kaki? Lalu bagaimana mereka bisa mengenal mobile technology?
Apa yang tidak mungkin? Mengapa anak yang ke sekolah tak pakai alas kaki maka tak bisa kenal mobile tech? Maka perkenalkanlah. Jika tadi yg dimaksud mobile tech hanya sebatas ponsel dan laptop, itu pun masih memungkinkan utk disebar kepada anak-anak di pelosok. Jika pemerintah atau lembaga besar tidak memberi bantuan, maka lakukanlah sendiri dengan apa yang dipunya di sekitar.

Kesimpulan #twitedu ini: Manfaatkan maksimal mobile technology yang ada di sekitar. Segala rupa bentuk dan jenis. Semua berguna untuk belajar. Satu lagi: guru, murid, dan ortu, semua harus berpikir positif. Mobile techno bisa digunakan dengan cara praktis dan hasilnya bisa baik. Nah, berpikir positif bisa dimulai dengan menghindari kata ‘tapi’.