Kelas Inspirasi: Mimpi Itu Gratis, Tak Perlu Beli

Bagaimana saya terlibat dengan program Kelas Inspirasi Indonesia Mengajar bisa dimulai dengan perkenalan saya dengan Hikmat Hardono. Dari dunia maya kami berkenalan dan dia meminta saya mampir ngobrol di kantor Jalan Galuh. Ketika mampir santai itulah, Hikmat menyampaikan idenya tentang program mengajar ini. Ia memulai dengan bertanya, apa yang biasanya saya lakukan di sekolah, juga bagaimana saya menjalankan kegiatan Dongeng Minggu tiap bulan. Cerita bergulir dan tawaran bergabung dalam program ini pun saya sambut.

Kabarnya, ide ini juga berasal dari masukan banyak orang yang ingin mencoba mengajar bersama Indonesia Mengajar. Namun, mereka tidak bisa mengajar setahun, atau tidak bisa ditempatkan di daerah tujuan mengajar. Atau seperti saya, usia saya tidak memenuhi syarat menjadi pengajar muda. Sementara saya percaya, banyak sekali orang yang ingin menjadi guru, berbagi ilmu dan pengalaman. Itulah yang kemudian dirumuskan. Konsep digodok. Jadilah sebuah konsep mengajar sehari anak-anak kelas 1-6 di 25 SD Jakarta. Volunteer pengajar adalah para pekerja profesional. Tujuannya terlihat sederhana,  tetapi sebenarnya luar biasa: Memberikan inspirasi kepada anak-anak tentang beragam cita-cita.

Maka tersebutlah nama program ini: Kelas Inspirasi. Tim konsep memulai dengan Pilot project yang dilaksanakan pada 18 Februari 2012 di SD Duri Pulo. Diikuti dengan Briefing Volunteer di kantor PGN pada Sabtu 14 April 2012. Para profesional hadir,  berkenalan dengan kelompok, dan menyiapkan rencana pengajaran mereka. Sebagian besar kelompok melakukan meeting tambahan sebelum hari H datang. Tentu saja untuk mempersiapkan diri menjelaskan profesi mereka kepada anak-anak. Bagaimana cara mudah menerangkan apa itu CEO, mining engineer, atau sejarawan? 🙂

 

Yang terjadi pada tanggal 25 April itu adalah manusia dewasa dan anak-anak yang saling terinspirasi. Anak-anak tercerahkan dengan ragam profesi pilihan yang bisa mereka citakan. Tersemangati bahwa siapapun bisa meraih cita-cita selama ada usaha yang hebat. Para volunteer yang kebanyakan merupakan kaum middle class ibukota juga terinspirasi, betapa berbagi itu membahagiakan. Bahwa mereka punya tugas untuk ikut menggalang pendidikan.

Usai acara, saya segera ikut menyuarakan. Konsep Kelas Inspirasi ini harus terus dijalankan. Tak perlu menunggu Indonesia Mengajar merekrut Anda, atau membuatnya di kota Anda. Buatlah sendiri di lingkungan terdekat. Mulai dari SD tempat Anda bersekolah dahulu. Lakukan dalam program CSR kantor Anda. Ajak komunitas dan teman dekat lakukan di panti asuhan/ rumah singgah. Anies Baswedan juga mengingatkan hal itu di hari Evaluasi dan Refleksi tanggal 29 April lalu. Mimpi itu gratis, tidak perlu beli. Jadi sudah seharusnya kita bagi inspirasi kepada anak-anak kita, bermimpi tinggi untuk wujudkan hidup lebih baik.

foto oleh: Octria dan Arnellis

2 thoughts on “Kelas Inspirasi: Mimpi Itu Gratis, Tak Perlu Beli”

  1. Terima kasih atas idenya yang cemerlang soal Kelas Inspirasi, Anda toh salah ..satu biang keroknya hehehehehe… semoga terus bergulir. Saya jd relawan videografer nya, kebagian di Tanah Sereal.

Leave a Reply to arnellis Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.